Batu permata di daerah Pongkalaero dan Batuawu Kecamatan Kabaena Kabupaten Bombana terbentuk pada fase akhir suatu pembekuan magma yang sifatnya basa, terjadi karena proses pendinginan magma yang tiba-tiba sehingga tidak sempat membentuk kristal (kristalisasi) menghasilkan tekstur amorf. Batuan induk umumnya merupakan batuan ultra basa berupa hasil pembekuan magma yang berasal dari kerak samudra pada zaman kapur.
Warna Batu permata di Pongkalaero dan Batuawu akan sangat tergantung dari batuan induk sebagai pengotornya. Batuan induk berupa serpentinit maupun gabro atau dunit akan menghasilkan Batu permata berwarna hijau sampai kekuningan. Batuan yang banyak mengandung besi akan berwarna kuning sampai kecoklatan, jika mengandung nikel akan berwarna kelabu-ungu.
Sebagian besar lokasi batu permata terbanyak di daerah Pongkalaero dan Batuawu. Di Pongkalaero dapat dijangkau dengan menggunakan perahu bermesin (katinting) menyusuri pantai kearah selatan ± 45 menit, dilanjutkan dengan jalan kaki menelusuri sungai wawua kearah hulu sejauh ±4 km. lokasi tersebut sangat banyak deposit batuan permata. Sedangkan lokasi didaerah Batuawu juga dapat dijangkau dengan menggunakan perahu dengan jarak tempuh ± 45 menit kearah utara menyusuri pantai dari Batuawu, dilanjutkan dengan berjalan kaki sekitar 1,5 km menyusuri sungai kering/alur liar. Batu permata di darah ini adalah merupakan Wilayah Kontrak kerja PT. INCO. Lokasi tersebut umumnya ditumbuhi vegetasi hutan belukar.
Batu permata di Pongkalaero dan Batuawu warnanya sangat bervariasi- hijau, kuning, hitam, putih, merah bata, ungu, amorf, pecahan pada umumnya konkoidal, sering dijumpai rongga berisi kristalit kwarsa, kilap kaca sampai opak, sebagian besar kompak. Batuan pengotor sangat mempengaruhi warna batu permata tersebut. Sifat letakan pada umumnya terdapat sebagai “bed rock” pada sungai kering atau alur liar. Sebagian lain sebagai “tubuh” yang tertutup soil seonggok setempat-setempat dan membentuk bukit. Pengambilan sampling atau pengambilan versi maysarakat setempat pada umumnya dilakukan dengan mengupas tanah penutup atau digali dengan menggunakan alat sederhana, vegetasi penutup sebagian besar berupa hutan belukar.
Karena pola keterdapatannya (mode of occurance) yang setempat-setempat maka sumberdaya batu permata tidak dapat dihitung dengan rumus perhitungan cadangan yang baku (ketebalan, estimasi prosentase dan mean area). Dalam artikel ini kami hanya sajikan tempat/lokasi batu permata di pulau kabaena.
Batu permata di pulau kabaena cadangannya cukup besar, potensial untuk digunakan sebagai ornamen bangunan/property berkelas tinggi, hiasan-hiasan dan lain-lain. Tekhnik sayatan dan polesan sangat menentukan mutu dan harganya. Pengasahan secara tradisional sudah dilakukan oleh masyarakat setempat dengan menggunakan peralatan gerinda, lak, batu asah dan kertas kalkir sebagai media untuk pemolesan dengan menggunakan sebuk intan sebagai untuk tahap pengerjaan akhir/finishing dan hasilnya sangat indah dan halus.
No comments:
Post a Comment